Rabu, 10 Oktober 2018

Pengembangan Karakter Peserta Didik

GURU CERMIN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK
Akrumanik SMPN 1 Mojoagung


Pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan membiasakan perilaku positif tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Hal tersebut juga akan menghasilkan suatu kompetensi. Kegiatan ini dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk membiasakan peserta didik melakukan sesuatu dengan baik.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan,  metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman. Kegiatan Pembiasaan di Sekolah Pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan membiasakan perilaku positif tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Hal tersebut juga akan menghasilkan suatu kompetensi.
Pengembangan karakter melalui pembiasaan ini dapat dilakukan secara terjadwal atau tidak terjadwal baik di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan pembiasaan di sekolah terdiri atas Kegiatan Rutin, Spontan, Terprogram dan Keteladanan.  Kegiatan Rutin Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler dan terus menerus di sekolah. Tujuannya untuk membiasakan peserta didik melakukan sesuatu dengan baik. Kegiatan pembiasaan yang termasuk kegiatan rutin adalah sebagai berikut : memutar lagu-lagu nasional dan lagu daerah, datang di sekolah disambut guru piket, piket kelas, baris di depan kelas untuk masuk kelas,  berdoa sebelum memulai kegiatan, membaca kitab suci, memyanyikan lagu kebangsaan, kegiatan literasi, menyanyikan lagu daerah setelah pembelajaran, berdoa selesai pembelajaran, dan bersalaman dengan guru saat pulang sekolah. Sedangkan kegiatan yang terjadwal adalah pelaksanaan upacara bendera secara rutin di hari Senin dan kegiatan ekstra kurikuler.
Di samping kegiatan rutin dan terjadwal ada pula kegiatan spontan, yaitu  kegiatan yang dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh waktu, tempat dan ruang. Hal ini bertujuan memberikan pendidikan secara spontan, terutama dalam membiasakan bersikap sopan santun, dan sikap terpuji lainnya.  Di antaranya adalah : membiasakan mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru, karyawan dan sesama peserta didik, membiasakan bersikap sopan santun, membiasakan membuang sampah pada tempatnya, membiasakan antre baik di kantin, di tempat wudlu, atau di tempat lain, membiasakan menghargai pendapat orang lain, membiasakan minta izin masuk/keluar kelas atau ruangan, membiasakan menolong atau membantu orang lain, membiasakan menyalurkan aspirasi melalui media yang ada di sekolah, seperti Majalah Dinding dan Kotak Curhat BK., membiasakan konsultasi kepada guru pembimbing dan atau guru lain sesuai kebutuhan. Kegiatan Keteladanan
Kegiatan Keteladanan, yaitu kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan contoh yaitu membiasakan berpakaian rapi, mebiasakan datang tepat waktu, membiasakan berbahasa dengan baik, membiasakan rajin membaca.
Di sekolah kami pembiasaan pagi diawali dengan peserta didik datang disambut oleh guru piket harian di pintu masuk sekolah. Beberapa guru piket menyambutnya dengan 3-S (Senyum, Sapa, dan Salam).  Secara bergantian peserta didik datang dan bersalaman dengan guru sampai pukul 06.50 peserta didik masuk kelas. Meski bersalaman atau berjabat tangan antara guru dan peserta didik di pagi dan siang hari itu hal yang kecil, namun penyambutan dan kepulangan peserta didik dengan salaman mempunyai efek dan manfaat yang positif baik untuk guru maupun peserta didik saling dapat mengenal kepribadian. Dan bagi peserta didik sarana memotivasi peserta didik, serta menanamkan sikap sopan dan hormat kepada guru dan orang yang lebih tua. Begitu pula untuk guru sendiri, lebih dihormati oleh peserta didik, serta bisa memantau kehadiran peserta didik juga sarana menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik
Sekolah juga tetap harus menerapkan sistem piket. Tugas utama sistem piket tentu saja membersihkan ruang kelas secara bergantian sesuai dengan jadwal masing-masing. Sistem piket dapat melatih peserta didik untuk bertanggung jawab, bekerja sama, dan berdisiplin. Rasa lelah yang dirasakan oleh para peserta didik akan menjadi sebuah pelajaran untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mereka akan berpikir ulang jika ingin membuang sampah sembarangan karena mereka juga merasakan betapa lelahnya membersihkan sampah-sampah yang berserakan. Selain itu, kebersihan diri juga sama pentingnya. Berpakaian yang rapi dan bersih tentu akan lebih baik.
 Sebelum masuk kelas, peserta didik beris terlebih dahulu baris di depan kelas masing-masing dengan tertib dan sesuai dengan peraturan baris berbaris didampingi guru jam pertama.  Peserta didik masuk kelas sambil pemeriksaan kelengkapan seragam dan duduk di tempat duduk masing-masing. Dengan berbaris rapi dan teraturnya peserta didik, maka diharapkan nantinya akan menumbuhkan sikap kesadaran  berdisiplin diri dan kolektif, memupuk rasa/jiwa persatuan, kebersamaan dan kekompakan, memupuk rasa tanggung jawab, dan memupuk kesadaran untuk melaksanakan perintah dengan cepat dan tepat, namun sangat disayangkan tidak semua guru jam pertama melakuakan hal tersebut.
Dalam ruang kelas salah satu peserta didik memimpin berdoa bertujuan untuk membiasakan peserta didik berdoa sebelum memulia segala aktifitas dilanjutkan penghormatan atau menyapa guru dengan ucapan salam. Pada dasarnya membaca doa merupakan sebuah perwujudan dari ranah religius, setiap orang yang beragama dan meyakini adanya Tuhan pasti akan memanjatkan doa sebagai bentuk permintaan perlindungan, permintaan keberhasilan maupun permintaan kelancaran. Meskipun dalam pelaksanaannya, memanjatkan doa lebih banyak dilakukan oleh manusia untuk meminta, namun ada sebagain orang yang seringkali memanjatkan doa sebagai bentuk rasa terima kasih dan berserah diri kepada Tuhan.
Pembiasaan Membaca Al-Qur’an dikembangkan dan dilaksanakan secara rutin selama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai dengan di dampingi oleh guru yang mengajar jam pertama atau wali kelas masing-masing. Program ini telah berjalan dengan disiplin dan dilaksanakan lima  kali dalam seminggu, kecuali hari Jumat karena hari Jumat jam pendek. Dengan diadakannya kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sudah ada peningkatan dalam segi intensitas membaca Al-Qur’an peserta didik, serta bagi peserta didik yang awalnya belum mampu membaca Al-Qur’an sama sekali sudah ada peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan, karena semua itu membutuhkan proses. Untuk peserta didik non muslim, disediakan tempat khusus untuk melaksanakan pembiasaan membaca kitab suci mereka dengan didampingi guru beragama non muslim atau guru agama non muslim. Kegiatan ini bertujuan  memohon bersyukur dan memohon kepada Tuhan untuk memimpin kegiatan pembelajaran hari ini.
  Setelah membaca kitab suci, peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.  Setiap peserta didik diberi kesempatan secara bergilir menjadi dirigen untuk memimpin seisi kelas  dan dilanjutkan dengan mengucapkan teks Pancasila yang ditirukan oleh semua peserta didik di kelas tersebut. Adapun tujuan menyanyikan lagu kebangsaan ini adalah untuk menanamkan nilai kebangsaan dan cinta Tanah Air ke dalam jiwa anak Indonesia sejak dini.  Selain itu untuk menumbuhkan semangat dan wawasan kebangsaan pada generasi muda dan pelajar. Dengan menyanyikan lagu kebangsaan secara langsung, peserta didik diharapkan dapat menjiwai nilai-nilai yang terkandung dalam lagu itu, sehingga memunculkan semangat dan jiwa kebangsaan.
Hal itu dinilai bakal memberikan semangat terhadap para peserta didik sebelum memulai rutinitas hariannya. Guru juga bisa berinovasi, misalnya dengan memilih lagu populer terkini yang menggambarkan semangat cinta tanah air. kegiatan menyanyikan lagu wajib dan daerah bisa menumbuhkan jiwa kebangsaan dan kebhinekaan Indonesia. Sebagai negeri yang mejemuk, lagu nasional maupun daerah dalam banyak hal mencerminkan persatuan dan kesatuan kebangsaan yang utuh.
Lima belas menit selanjutnya,  peserta didik melakukan pembiasaan berikutnya yaitu  Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Peserta didik  membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Bukan hanya membaca, tapi peserta didik juga berlatih menulis. Dalam waktu lima belas menit, selesai membaca peserta didik menulis inti yang telah dibaca, kemudian merangkumnya.
Kegiatan membaca ini dilakuakan dengan cara peserta didik melaksanakan kontrak membaca yang ditanda tangani koordinator GLS/wali kelas. Peserta didik memilih satu buku yang sudah disediakan sekolah yang diletakkan di sudut baca kelas. Buku sudut baca ini akan diputar ke kelas lain dalam waktu satu bulan.   Peserta didik menulis waktu kontrak membacanya sesuai kemampuan membaca mereka dan jumlah halaman buku yang dibaca. Kegiatan ini hanya dilakukan di sekolah sebelum pembelajaran,  jika ada waktu luang atau ada jam kosong, peserta didik bisa membacanya, buku tidak boleh dibawa pulang. Saat membaca senyap ini diharapkan guru jam pertama juga membaca buku sebagai teladan bagi peserta didik.
Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi,  kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam pembiasaan ini
Sekolah yang menyenangkan dan ramah anak di mana semua warganya menunjukkan empati, kepedulian, semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan, cakap berkomunikasi dan dapat kontribusi kepada lingkungan sosialnya. Peran serta warga sekolah (guru, kepala sekolah, peserta didik, orang tua, tenaga pendidikan, pengawas sekolah dan komite sekolah)  sangat diharapkan ikut berperan aktif dalam menyukseskan GLS.
Pelajaran jam pertama baru dimulai pukul 07.30, peserta didik dan guru beraktifitas sesuai jadwal harian sampai selasai pukul 13.25.  Waktu istirahat pertama berlangsung hanya lima belas menit. Dua jam pelajaran berikutnya peserta didik melaksakan pembelajaran. Istirahat kedua, peserta didik melaksanakan pembiasaan sholat dhuhur berjamaah secara bergiliran kelas dan terjadwal. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kedisiplinan, peserta didik sholat tepat waktu, dan menghargai waktu.
Dua jam terakhir pembelajaran, peserta didik masih tampak aktif, ada beberapa kelas yang kosong, namun peserta didik tetap berada di kelas sambil mengerjakan tugasnya. Sedangkan kelas ada gurunya kelihatan aktifitas lebih semangat. Sebelum pembelajaran berakhir, masih ada pembiasaan yaitu menyanyikan lagu   lagu daerah sebelum berdoa. Untuk lagu daerah tentu masing-masing daerah berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk menamkan kecintaan pada tanah air, membangkitkan semangat kebangsaan, menumbuhkan rasa nasionalisme dan memperkenalkan keragaman daerah. Dari nyanyian tersebut peserta didik ditanamkan kesadaran diri sebagai warga negara yang harus mampu mengisi kemerdekaan dengan membangun bermodalkan keragaman potensi daerah. Ini makna bineka tunggal ika yang diupayakan tertanam dan tumbuh berkembang sejak dini.
Dan menjadi tantangan bagi setiap guru untuk dapat melantunkan lagu-lagu tersebut dengan baik. Guru harus hapal lagu-lagu baik lagu nasional maupun lagu daerah. Selama ini masih ada (bahkan mungkin banyak)  guru yang belum hapal lagu-lagu dimaksud. Namun sangat disayangkan pembiasaan yang terakhir ini banyak guru yang tidak melaksanakannya. Entah karena apa?
Selain doa sebelum belajar, doa setelah belajar juga tak kalah pentingnya dipanjatkan dalam mengungkapkan puji syukur kehadirat Allah SWT sekaligus memohon keberkahan atas segala aktivitas belajar oleh guru maupun peserta didik serta memohon dianugerahi oleh Allah SWT pemahaman pada semua pelajaran yang telah diterima peserta didik  dari pagi hingga siang hari (waktu menjelang pulang) tersebut. Selesai berdoa peserta didik meninggalkan ruang kelas dan bersalaman pada guru mempunyai banyak manfaat yang positif baik untuk guru maupun peserta didik saling dapat mengenal kepribadian.
Dari semua pembiasaan peserta didik  yang dipaparkan di atas, kemuadian apa yang harus dlakukan oleh seorang guru sebagai cermin kepribadian anak dalam mensukseskan program pendidikan karakter ini? Keteladanan merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi  peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapihan, kasih sayang, kesopanan, perhatian,  jujur, taat beribadah dan kerja keras.
Bagaimana peserta didik bisa baik jika sang guru belum bisa menjadi tauladan? Guru juga diharapkan menjadi sosok yang mampu membangkitkan sifat-sifat baik lainnya, seperti memiliki etos kerja, sportif, dan disiplin. Hal ini menjadi bagian dari penanaman karakter.
Guru sebagai subyek pendidikan, maka haruslah menjadi teladan bagi anak didiknya, dan orang tua tidak lain adalah sebagai guru yang pertama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu kebiasaan-kebiasaan orang yang lebih tua di lingkungan tertentu menjadi sasaran tiruan bagi anak-anak sekitarnya. Karena meniru adalah suatu faktor yang penting dalam pembentukan kebiasaan seorang anak. Oleh karena itu kehati-hatian para guru juga orang tua dalam bersikap dan berkata harus diperhatikan mengingat bahwa anak-anak lebih mudah meniru apa yang mereka saksikan.
Sekolah merupakan wahana pengembang pendidikan karakter memiliki peranan yang sangat penting.   Guru dan pendidik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, dan bermoral. Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter peserta didik.
Guru harus mematuhi jadwal KBM. Lebih baik guru-guru yang menunggu peserta didik  daripada mereka yang menunggu guru yang lambat hadir, yang biasanya “gaduh”. Agar senantiasa dapat  berdisiplin dan senantiasa berkenan pada para peserta didik, dan pimpinan usahakan memiliki lima  hal yaitu : jasmani sehat, hati tidak emosional, otak cerdas kaya ilmu, bergaul tidak kaku, perilaku selalu baik/berakhlak mulia. Perkaya diri dengan : Ilmu Agama (disertai mengamalkannya) Ilmu umum dan tehnologi, Seni ( berbusana,  berbicara, bergaul dan berpenampilan).
Menjadi guru yang baik sebagai panutan peserta didik. Suka memberi kemudahan dan menggembirakan. Pantang menjadikan anak didik merasa kesulitan dan ketakutan. Penuh kasih sayang terhadap seluruh peserta didik tanpa pilih kasih. Ikhlas dan jujur dalam menunaikan tugas. Agar pelaksanaan tugas sebagai guru itu bernilai “ibadah” dan berdampak baik/positif terhadap para peserta didik, sekolah dan bahkan terhadap diri maka laksanakan tugas dengan sepenuh keikhlasan dan kejujuran. Jadikanlah pelaksanaan tugas guru itu sebagai ibadah.
Dalam proses pembelajaran terdapat banyak celah di mana seorang guru bisa mengintegrasikan nilai-nilai positif terhadap memori peserta didik. Mata pelajaran apapun yang diampunya tidak ada alasan untuk tidak bisa disisipi satu saja nilai positif yang berlaku di masyarakat Indonesia. Oleh karena itu kreativitas seorang guru dalam mengintegrasikan pendidikan karakter positif sangatlah diperlukan. Hal ini sangat bermanfaat dan wajib diberikan mengingat setiap peserta didik memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda.
Apalagi jika seorang peserta didik memiliki bakat karakter yang mudah dipengaruhi oleh hal-hal eksternal yang negatif. Oleh karena itu marilah sebagai pendidik kita dituntut untuk selalu membimbing calon anak bangsa ini agar mereka kelak akan menjadi orang yang memiliki nilai-nilai sosial yang berlaku di lingkungan bangsa Indonesia yang rendah hati, ngayomi, dan membuat rasa nyaman bagi sekitarnya. Tentunya hal ini dilakukan dengan tidak mengurangi logika berfikir kita yang memang diciptakan sedemikian rupa oleh sang pencipta untuk mengatasi kerasnya hidup ini.
Dengan pembiasaan-pembiasaan positif ini diharapkan pendidikan di Indonesia tidak hanya melahirkan ahli matematika, fisika, dan kimia, tetapi lulusannya tidak memiliki karakter. Keduanya sangat diperlukan dalam era kompetisi sekarang ini. Karena keduannya sangat diperlukan bukan hanya di lingkungan sekolah akan tetapi juga sangat diperlukan dalam dunia kerja nantinya. Semua instansi baik milik pemerintah maupun milik swasta dan juga perusahaan yang mensyaratkan nilai psikotes saat penerimaan pegawai dan karyawan baru di instansinya.
Semoga dengan adanya pembiasaan positif yang nota benene merupakan pendidikan karakter yang sedang didengung-dengungkan di Indonesia, maka diharapkan pada masa yang akan datang akan lahir bangsa Indonesia yang berkarakter konstruktif, dan pada akhirnya akan tercapailah kehidupan yang aman dan nyaman.