Rabu, 10 Oktober 2018

Pengembangan Karakter Peserta Didik

GURU CERMIN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK
Akrumanik SMPN 1 Mojoagung


Pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan membiasakan perilaku positif tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Hal tersebut juga akan menghasilkan suatu kompetensi. Kegiatan ini dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk membiasakan peserta didik melakukan sesuatu dengan baik.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan,  metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman. Kegiatan Pembiasaan di Sekolah Pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan membiasakan perilaku positif tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Hal tersebut juga akan menghasilkan suatu kompetensi.
Pengembangan karakter melalui pembiasaan ini dapat dilakukan secara terjadwal atau tidak terjadwal baik di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan pembiasaan di sekolah terdiri atas Kegiatan Rutin, Spontan, Terprogram dan Keteladanan.  Kegiatan Rutin Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara reguler dan terus menerus di sekolah. Tujuannya untuk membiasakan peserta didik melakukan sesuatu dengan baik. Kegiatan pembiasaan yang termasuk kegiatan rutin adalah sebagai berikut : memutar lagu-lagu nasional dan lagu daerah, datang di sekolah disambut guru piket, piket kelas, baris di depan kelas untuk masuk kelas,  berdoa sebelum memulai kegiatan, membaca kitab suci, memyanyikan lagu kebangsaan, kegiatan literasi, menyanyikan lagu daerah setelah pembelajaran, berdoa selesai pembelajaran, dan bersalaman dengan guru saat pulang sekolah. Sedangkan kegiatan yang terjadwal adalah pelaksanaan upacara bendera secara rutin di hari Senin dan kegiatan ekstra kurikuler.
Di samping kegiatan rutin dan terjadwal ada pula kegiatan spontan, yaitu  kegiatan yang dapat dilakukan tanpa dibatasi oleh waktu, tempat dan ruang. Hal ini bertujuan memberikan pendidikan secara spontan, terutama dalam membiasakan bersikap sopan santun, dan sikap terpuji lainnya.  Di antaranya adalah : membiasakan mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru, karyawan dan sesama peserta didik, membiasakan bersikap sopan santun, membiasakan membuang sampah pada tempatnya, membiasakan antre baik di kantin, di tempat wudlu, atau di tempat lain, membiasakan menghargai pendapat orang lain, membiasakan minta izin masuk/keluar kelas atau ruangan, membiasakan menolong atau membantu orang lain, membiasakan menyalurkan aspirasi melalui media yang ada di sekolah, seperti Majalah Dinding dan Kotak Curhat BK., membiasakan konsultasi kepada guru pembimbing dan atau guru lain sesuai kebutuhan. Kegiatan Keteladanan
Kegiatan Keteladanan, yaitu kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan contoh yaitu membiasakan berpakaian rapi, mebiasakan datang tepat waktu, membiasakan berbahasa dengan baik, membiasakan rajin membaca.
Di sekolah kami pembiasaan pagi diawali dengan peserta didik datang disambut oleh guru piket harian di pintu masuk sekolah. Beberapa guru piket menyambutnya dengan 3-S (Senyum, Sapa, dan Salam).  Secara bergantian peserta didik datang dan bersalaman dengan guru sampai pukul 06.50 peserta didik masuk kelas. Meski bersalaman atau berjabat tangan antara guru dan peserta didik di pagi dan siang hari itu hal yang kecil, namun penyambutan dan kepulangan peserta didik dengan salaman mempunyai efek dan manfaat yang positif baik untuk guru maupun peserta didik saling dapat mengenal kepribadian. Dan bagi peserta didik sarana memotivasi peserta didik, serta menanamkan sikap sopan dan hormat kepada guru dan orang yang lebih tua. Begitu pula untuk guru sendiri, lebih dihormati oleh peserta didik, serta bisa memantau kehadiran peserta didik juga sarana menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik
Sekolah juga tetap harus menerapkan sistem piket. Tugas utama sistem piket tentu saja membersihkan ruang kelas secara bergantian sesuai dengan jadwal masing-masing. Sistem piket dapat melatih peserta didik untuk bertanggung jawab, bekerja sama, dan berdisiplin. Rasa lelah yang dirasakan oleh para peserta didik akan menjadi sebuah pelajaran untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mereka akan berpikir ulang jika ingin membuang sampah sembarangan karena mereka juga merasakan betapa lelahnya membersihkan sampah-sampah yang berserakan. Selain itu, kebersihan diri juga sama pentingnya. Berpakaian yang rapi dan bersih tentu akan lebih baik.
 Sebelum masuk kelas, peserta didik beris terlebih dahulu baris di depan kelas masing-masing dengan tertib dan sesuai dengan peraturan baris berbaris didampingi guru jam pertama.  Peserta didik masuk kelas sambil pemeriksaan kelengkapan seragam dan duduk di tempat duduk masing-masing. Dengan berbaris rapi dan teraturnya peserta didik, maka diharapkan nantinya akan menumbuhkan sikap kesadaran  berdisiplin diri dan kolektif, memupuk rasa/jiwa persatuan, kebersamaan dan kekompakan, memupuk rasa tanggung jawab, dan memupuk kesadaran untuk melaksanakan perintah dengan cepat dan tepat, namun sangat disayangkan tidak semua guru jam pertama melakuakan hal tersebut.
Dalam ruang kelas salah satu peserta didik memimpin berdoa bertujuan untuk membiasakan peserta didik berdoa sebelum memulia segala aktifitas dilanjutkan penghormatan atau menyapa guru dengan ucapan salam. Pada dasarnya membaca doa merupakan sebuah perwujudan dari ranah religius, setiap orang yang beragama dan meyakini adanya Tuhan pasti akan memanjatkan doa sebagai bentuk permintaan perlindungan, permintaan keberhasilan maupun permintaan kelancaran. Meskipun dalam pelaksanaannya, memanjatkan doa lebih banyak dilakukan oleh manusia untuk meminta, namun ada sebagain orang yang seringkali memanjatkan doa sebagai bentuk rasa terima kasih dan berserah diri kepada Tuhan.
Pembiasaan Membaca Al-Qur’an dikembangkan dan dilaksanakan secara rutin selama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai dengan di dampingi oleh guru yang mengajar jam pertama atau wali kelas masing-masing. Program ini telah berjalan dengan disiplin dan dilaksanakan lima  kali dalam seminggu, kecuali hari Jumat karena hari Jumat jam pendek. Dengan diadakannya kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sudah ada peningkatan dalam segi intensitas membaca Al-Qur’an peserta didik, serta bagi peserta didik yang awalnya belum mampu membaca Al-Qur’an sama sekali sudah ada peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan, karena semua itu membutuhkan proses. Untuk peserta didik non muslim, disediakan tempat khusus untuk melaksanakan pembiasaan membaca kitab suci mereka dengan didampingi guru beragama non muslim atau guru agama non muslim. Kegiatan ini bertujuan  memohon bersyukur dan memohon kepada Tuhan untuk memimpin kegiatan pembelajaran hari ini.
  Setelah membaca kitab suci, peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.  Setiap peserta didik diberi kesempatan secara bergilir menjadi dirigen untuk memimpin seisi kelas  dan dilanjutkan dengan mengucapkan teks Pancasila yang ditirukan oleh semua peserta didik di kelas tersebut. Adapun tujuan menyanyikan lagu kebangsaan ini adalah untuk menanamkan nilai kebangsaan dan cinta Tanah Air ke dalam jiwa anak Indonesia sejak dini.  Selain itu untuk menumbuhkan semangat dan wawasan kebangsaan pada generasi muda dan pelajar. Dengan menyanyikan lagu kebangsaan secara langsung, peserta didik diharapkan dapat menjiwai nilai-nilai yang terkandung dalam lagu itu, sehingga memunculkan semangat dan jiwa kebangsaan.
Hal itu dinilai bakal memberikan semangat terhadap para peserta didik sebelum memulai rutinitas hariannya. Guru juga bisa berinovasi, misalnya dengan memilih lagu populer terkini yang menggambarkan semangat cinta tanah air. kegiatan menyanyikan lagu wajib dan daerah bisa menumbuhkan jiwa kebangsaan dan kebhinekaan Indonesia. Sebagai negeri yang mejemuk, lagu nasional maupun daerah dalam banyak hal mencerminkan persatuan dan kesatuan kebangsaan yang utuh.
Lima belas menit selanjutnya,  peserta didik melakukan pembiasaan berikutnya yaitu  Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Peserta didik  membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Bukan hanya membaca, tapi peserta didik juga berlatih menulis. Dalam waktu lima belas menit, selesai membaca peserta didik menulis inti yang telah dibaca, kemudian merangkumnya.
Kegiatan membaca ini dilakuakan dengan cara peserta didik melaksanakan kontrak membaca yang ditanda tangani koordinator GLS/wali kelas. Peserta didik memilih satu buku yang sudah disediakan sekolah yang diletakkan di sudut baca kelas. Buku sudut baca ini akan diputar ke kelas lain dalam waktu satu bulan.   Peserta didik menulis waktu kontrak membacanya sesuai kemampuan membaca mereka dan jumlah halaman buku yang dibaca. Kegiatan ini hanya dilakukan di sekolah sebelum pembelajaran,  jika ada waktu luang atau ada jam kosong, peserta didik bisa membacanya, buku tidak boleh dibawa pulang. Saat membaca senyap ini diharapkan guru jam pertama juga membaca buku sebagai teladan bagi peserta didik.
Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi,  kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam pembiasaan ini
Sekolah yang menyenangkan dan ramah anak di mana semua warganya menunjukkan empati, kepedulian, semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan, cakap berkomunikasi dan dapat kontribusi kepada lingkungan sosialnya. Peran serta warga sekolah (guru, kepala sekolah, peserta didik, orang tua, tenaga pendidikan, pengawas sekolah dan komite sekolah)  sangat diharapkan ikut berperan aktif dalam menyukseskan GLS.
Pelajaran jam pertama baru dimulai pukul 07.30, peserta didik dan guru beraktifitas sesuai jadwal harian sampai selasai pukul 13.25.  Waktu istirahat pertama berlangsung hanya lima belas menit. Dua jam pelajaran berikutnya peserta didik melaksakan pembelajaran. Istirahat kedua, peserta didik melaksanakan pembiasaan sholat dhuhur berjamaah secara bergiliran kelas dan terjadwal. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kedisiplinan, peserta didik sholat tepat waktu, dan menghargai waktu.
Dua jam terakhir pembelajaran, peserta didik masih tampak aktif, ada beberapa kelas yang kosong, namun peserta didik tetap berada di kelas sambil mengerjakan tugasnya. Sedangkan kelas ada gurunya kelihatan aktifitas lebih semangat. Sebelum pembelajaran berakhir, masih ada pembiasaan yaitu menyanyikan lagu   lagu daerah sebelum berdoa. Untuk lagu daerah tentu masing-masing daerah berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk menamkan kecintaan pada tanah air, membangkitkan semangat kebangsaan, menumbuhkan rasa nasionalisme dan memperkenalkan keragaman daerah. Dari nyanyian tersebut peserta didik ditanamkan kesadaran diri sebagai warga negara yang harus mampu mengisi kemerdekaan dengan membangun bermodalkan keragaman potensi daerah. Ini makna bineka tunggal ika yang diupayakan tertanam dan tumbuh berkembang sejak dini.
Dan menjadi tantangan bagi setiap guru untuk dapat melantunkan lagu-lagu tersebut dengan baik. Guru harus hapal lagu-lagu baik lagu nasional maupun lagu daerah. Selama ini masih ada (bahkan mungkin banyak)  guru yang belum hapal lagu-lagu dimaksud. Namun sangat disayangkan pembiasaan yang terakhir ini banyak guru yang tidak melaksanakannya. Entah karena apa?
Selain doa sebelum belajar, doa setelah belajar juga tak kalah pentingnya dipanjatkan dalam mengungkapkan puji syukur kehadirat Allah SWT sekaligus memohon keberkahan atas segala aktivitas belajar oleh guru maupun peserta didik serta memohon dianugerahi oleh Allah SWT pemahaman pada semua pelajaran yang telah diterima peserta didik  dari pagi hingga siang hari (waktu menjelang pulang) tersebut. Selesai berdoa peserta didik meninggalkan ruang kelas dan bersalaman pada guru mempunyai banyak manfaat yang positif baik untuk guru maupun peserta didik saling dapat mengenal kepribadian.
Dari semua pembiasaan peserta didik  yang dipaparkan di atas, kemuadian apa yang harus dlakukan oleh seorang guru sebagai cermin kepribadian anak dalam mensukseskan program pendidikan karakter ini? Keteladanan merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi  peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapihan, kasih sayang, kesopanan, perhatian,  jujur, taat beribadah dan kerja keras.
Bagaimana peserta didik bisa baik jika sang guru belum bisa menjadi tauladan? Guru juga diharapkan menjadi sosok yang mampu membangkitkan sifat-sifat baik lainnya, seperti memiliki etos kerja, sportif, dan disiplin. Hal ini menjadi bagian dari penanaman karakter.
Guru sebagai subyek pendidikan, maka haruslah menjadi teladan bagi anak didiknya, dan orang tua tidak lain adalah sebagai guru yang pertama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu kebiasaan-kebiasaan orang yang lebih tua di lingkungan tertentu menjadi sasaran tiruan bagi anak-anak sekitarnya. Karena meniru adalah suatu faktor yang penting dalam pembentukan kebiasaan seorang anak. Oleh karena itu kehati-hatian para guru juga orang tua dalam bersikap dan berkata harus diperhatikan mengingat bahwa anak-anak lebih mudah meniru apa yang mereka saksikan.
Sekolah merupakan wahana pengembang pendidikan karakter memiliki peranan yang sangat penting.   Guru dan pendidik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, dan bermoral. Guru merupakan teladan bagi peserta didik dan mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter peserta didik.
Guru harus mematuhi jadwal KBM. Lebih baik guru-guru yang menunggu peserta didik  daripada mereka yang menunggu guru yang lambat hadir, yang biasanya “gaduh”. Agar senantiasa dapat  berdisiplin dan senantiasa berkenan pada para peserta didik, dan pimpinan usahakan memiliki lima  hal yaitu : jasmani sehat, hati tidak emosional, otak cerdas kaya ilmu, bergaul tidak kaku, perilaku selalu baik/berakhlak mulia. Perkaya diri dengan : Ilmu Agama (disertai mengamalkannya) Ilmu umum dan tehnologi, Seni ( berbusana,  berbicara, bergaul dan berpenampilan).
Menjadi guru yang baik sebagai panutan peserta didik. Suka memberi kemudahan dan menggembirakan. Pantang menjadikan anak didik merasa kesulitan dan ketakutan. Penuh kasih sayang terhadap seluruh peserta didik tanpa pilih kasih. Ikhlas dan jujur dalam menunaikan tugas. Agar pelaksanaan tugas sebagai guru itu bernilai “ibadah” dan berdampak baik/positif terhadap para peserta didik, sekolah dan bahkan terhadap diri maka laksanakan tugas dengan sepenuh keikhlasan dan kejujuran. Jadikanlah pelaksanaan tugas guru itu sebagai ibadah.
Dalam proses pembelajaran terdapat banyak celah di mana seorang guru bisa mengintegrasikan nilai-nilai positif terhadap memori peserta didik. Mata pelajaran apapun yang diampunya tidak ada alasan untuk tidak bisa disisipi satu saja nilai positif yang berlaku di masyarakat Indonesia. Oleh karena itu kreativitas seorang guru dalam mengintegrasikan pendidikan karakter positif sangatlah diperlukan. Hal ini sangat bermanfaat dan wajib diberikan mengingat setiap peserta didik memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda.
Apalagi jika seorang peserta didik memiliki bakat karakter yang mudah dipengaruhi oleh hal-hal eksternal yang negatif. Oleh karena itu marilah sebagai pendidik kita dituntut untuk selalu membimbing calon anak bangsa ini agar mereka kelak akan menjadi orang yang memiliki nilai-nilai sosial yang berlaku di lingkungan bangsa Indonesia yang rendah hati, ngayomi, dan membuat rasa nyaman bagi sekitarnya. Tentunya hal ini dilakukan dengan tidak mengurangi logika berfikir kita yang memang diciptakan sedemikian rupa oleh sang pencipta untuk mengatasi kerasnya hidup ini.
Dengan pembiasaan-pembiasaan positif ini diharapkan pendidikan di Indonesia tidak hanya melahirkan ahli matematika, fisika, dan kimia, tetapi lulusannya tidak memiliki karakter. Keduanya sangat diperlukan dalam era kompetisi sekarang ini. Karena keduannya sangat diperlukan bukan hanya di lingkungan sekolah akan tetapi juga sangat diperlukan dalam dunia kerja nantinya. Semua instansi baik milik pemerintah maupun milik swasta dan juga perusahaan yang mensyaratkan nilai psikotes saat penerimaan pegawai dan karyawan baru di instansinya.
Semoga dengan adanya pembiasaan positif yang nota benene merupakan pendidikan karakter yang sedang didengung-dengungkan di Indonesia, maka diharapkan pada masa yang akan datang akan lahir bangsa Indonesia yang berkarakter konstruktif, dan pada akhirnya akan tercapailah kehidupan yang aman dan nyaman.

Senin, 25 Juli 2011

LKS

Bacalah kutipan novel berikut , kemudian jawablah pertanyaannya!
Pada hari Rabu, sewaktu pelajaran aritmatika, aku mendengar suara burung mencicit. Kebanyakan anak lain juga mendengarnya dan demikian pula Pak Benedict.  Aku tahu karena ia mengangkat wajahnya. Aku kembali menekuni soal, tetapi sejenak kemudian aku mendengar suara itu lagi. Ciiit.
Sesudah bunyi ciiit yang kedua,  Pak Benedict bangkit dan membuka jendela. Dijulurkannya kepalanya dan memandang berkeliling. Pada saat itulah terdengar tiga suara ciiit lagi dari dalam kelas. Pak Benedict kembali ke mejanya dan berdiri dengan tangan di punggungnya. Ciiit, aku memandang Nancy. Aku yakin ia yang bersuara mencicit. Tetapi ia tak memandangku atau mengatakan apa pun.  Pak Benedict duduk dan mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja. Tidak lama kemudian kelas kami berubah menjadi seperti pasar burung. Setiap detik terdengan suara ciiit. Susah sekali menahan diri untuk tidak tertawa. Sewaktu Nancy menendang kakiku di bawah mejaku aku tahu giliranku tiba.Aku menunduk dan menghapus salah satu jawabanku. Sambil menghapus bekas hapusan, aku bilang ciiit. Pada saat Pak Benedict memandang ke arahku, suara cicit datang dari arah lain. Kupikir itu suara Philip Leroy. Kami terus menanti Pak Benedict mengatakan sesuatu, tetapi ternyata di diam saja.
Ketika kami tiba keesokan harinya, susunan meja kami sudah berubah, menjadi berbentuk huruf U. Di tiap meja dilekatkan kartu bernama masing-masing. Di salah satu sisiku duduk Freddy Barnett, yang sama sekali tak kusukai. Aku tahu ia tukang bikin ribut karena aku pernah melihatnya beraksi pada hari pertama masuk sekolah. Waktu itu ia berdiri di belakang Jay Hassler, dan pada saat Jay hendak duduk, Freddy menarik bangkunya sehingga Jay jatuh terduduk. Aku benci pada anak-anak yang melakukan itu! Aku harus berhati-hatri agar tidak terjebak Si Udang itu. Itulah panggilan kami untuknya, karena pada hari pertama kali masuk sekolah kulitnya merah sekali terbakar matahari.
Tetapi di sisi satu lagi malahan lebih parah.Aku duduk di sebelah Laura Danker! Aku bahkan tak berani memandang ke arahnya. Nancy memperingatkan aku bahwa nama jelek Laura  bisa menular. Yah, aku tidak usah khawatir karena Laura juga tidak memandang ke arahku.  Ia memandang lurus ke depan. Tentu saja, keempat anggota PRC terpisah-pisah. Tapi Nancy beruntung duduk di sebelah Philip Leroy!
Tak ada suara mencicit lagi. Pak Benedict mengingatkan kami agar bersiap-siap menghadapi ulangan IPS keesokan harinya. Siang harinya kami berolah raga. Murid-murid laki-laki bermain basket dengan Pak Benedict. Kami yang perempuan ditinggal bersama guru senam, Bu Abbott, yang menyuruh kami berbaris sesuai dengan besar tubuh kami. Aku nomor tiga dari depan. Janie nomor satu. Laura Danker paling belakang. Gretchen dan Nancy berdiri di tengah. Sesudah berbaris, Bu Abbott berbicara tentang sikap tubuh dan betapa pentingnyaberdiri tegak lurus. ”Tidak peduli petapapun jangkungnya kalian, kalian tidak boleh berdiri bungkuk, karena tinggi badan karunia Tuhan,” kata Bu Abbott seraya berdiri tegak dan menarik napas panjang. Tingginya mungkin 180 sentimeter. Janie dan aku saling pandang dan tertawa  cekikikan. Kami tidak mempunyai karunia itu.
Kemudian Bu Abbott memberitahukan bahwa karena kami sudah kelas enam dan sudah besar , akan ada satu mata pelajaran khusus untuk anak-anak perempuan. Hanya itulah yang ia katakan, tetapi aku sudah bisa menebak maksudnya.Mengapa sih kita harus menanti sampai kelas enam baru diberi tahu trentang segala hal.
Malam itu aku belajar sungguh-sungguh. Aku membaca dua baba pertama buku IPS sebanyak empat kali. Sesudahnya aku duduk di lantai dan melakukan latihanku. “Harus-harus-harus-tambah besar!” Aku melakukannya 35 kali kemudian naik ke tempat tidur.
Adakah Kau di situ, Tuhan? Ini aku, Margaret. Aku baru sja melakukan latihan supaya tumbuh besar. Sudahkah Kau memikirkan itu Tuhan? Maksudku, tentang pertumbuhan badanku. Aku sudah punya beha sekarang. Aku pingin agar memang ada yang harus ditutupi dengan beha. Tapi tentu saja, kalau menurutMu belum siap, aku juga akan maklum kok. Besok ada ulangan. Tolonglah agar aku mendapat nilai bagus, ya Tuhan. Aku inginKau merasa bangga akan diriku. Terima kasih.
Keesokan harinya Pak Benedict mebagikan kertas ulangan sendiri. Pertanyaan-pertanyaan sudah tertulis di papan tulis. Disuruhnya kami bekerja begitu memperoleh kertas. Freddy si Udang mencolek aku dan berbisik, ”Jangan pakai nama”. ”Apa maksudmu jangan pakai nama?” bisikku kembali. Freddy berbisik,”tidak akan ada yang pakai nama di kertas ulangan. Dengan begitu Pak Benedict tidsk sksn tshu kertas masing-masing anak. Mengerti?”
Aku mengerti tapi aku sebal mendengarnya. Soalnya empat kali sudah aku menghafalkan buku IPS itu. Tapi kalau yang lain tuidak mencantumkan nama, aku juga tidak mau. Hanya saja aku merasa rugi  sekali karena Pak Benedict tidak akan tahu betapa kerasnya aku belajar.
Dalam waktu lima belas menit aku sudah menjawab semua pertanyaan. Pak Benedict meminta Janie mengumpulkan kertas ulangan. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan kalau dilihatnya tak ada anak yang mencantumkan nama di kertas ulangan. Kurasa dia akan marah, tetapi tidak akan membuat apa-apa selain menyetrap kami sesudah jam pelajaran. Tidak mungkin kami semua dikeluarkan bukan?
Hari Jumat pagi, waktu memasuki kelas, kami lihat kertas ulangan kami di atas meja. Setiap kertas sudah diberi nama pemiliknya. Aku dapat 98. Wuih, senang sekali. Freddy sebaliknya. Nilainya 53! Pak Benedict tidak menyinggung sekali pun tentang kertas ulangan yang tidak diberi nama itu. Ia hanya berdiri sambil tersenyum. ”Selamat pagi anak-anak”’ katanya tanpa mendeham-deham lagi. Kupikir ia tahu bahwa ia sudah menang.
Siang harinya, Pak Benedict kembali mengingatkan tentang proyek pribadi kami. Dimintanya agar kami tidak menunda sampai detik terakhir. Akhir pekan depan, kami sudah harus tahu topik apa yang akan kami pilih dan mulai mencatatnya di notes.
...................
                        Dikutip dari novel remaja dengan judul: Are You There God? It`s Me Margaret (Tuhan Ini Aku Margaret) karya Yudy Blume, Penerbit Gramedia, Jakarta, tahun 2003, halaman 60-65.
Jawablah pertanyaan dibawah ini !
    1. Kutipan  novel di atas menceritakan tentang apa?
    2. Kemukakan kelebihan novel tersebut dengan alasan yang logis?
    3. Kemukakan kelemahan  novel tersebut dengan alasan yang logis!
    4. Apakah pendapatmu tentang isi novel tersebut?
    5. Bagaimana jika kamu  sebagai tokoh utama dalam novel tersebut? Jelaskan!

1.      Pedoman penskoran penilaian observasi
No. 1

Kegiatan
Skor
Siswa menuliskan tema dialog secara tepat
5
Siswa menuliskan tema dialog kurang tepat
3
Siswa menuliskan tema dialog salah
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

           
 No. 2

Kegiatan
Skor
Siswa mengemukakan kelebihan novel dengan alasan logis
5
Siswa mengemukakan kelebihan novel dengan alasan kurang tepat
3
Siswa mengemukakan kelebihan novel kurang tepat
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

   
No. 3

Kegiatan
Skor
Siswa mengemukakan kelemahan novel dengan alasan logis
5
Siswa mengemukakan kelemahan novel dengan alasan kurang tepat
3
Siswa mengemukakan kelemahan novel kurang tepat
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

        
No. 4 dan 5

Kegiatan
Skor
Siswa mengemukakan pendapat  dengan alasan logis
5
Siswa mengemukakan pendapat  dengan alasan kurang tepat
3
Siswa mengemukakan pendapat  kurang tepat
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

     Keterangan:
       Penghitungan nilai akhir dalam skala 0—100 adalah sebagai berikut:
     Perolehan skor                                                      
 Nilai akhir =                                  X skor (100) =  .........................
                         Skor maksimum (5)


2.             Lampiran 2: Lembar observasi dalam diskusi kelompok

No
Nama
Keaktifan
Hasil
Kerjasama
A
B
C
A
B
C
A
B
C
1
2
3
4
Dst.















 
Ket:        A         è 90—100                                         C         è 55—65
            B         è 70—85                  

MATERI

Unsur-unsur Intrinsik Novel

PENGERTIAN NOVEL
Menurut Drs, Jacob Sumardjo
Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat.
Menurut Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd.
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan.
Menurut Drs. Rostamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd.
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
Menurut Paulus Tukam, S.Pd
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang dalam karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri, yaitu sebagai berikut.
a. Tema, yaitu sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
b. Plot atau alur cerita, yaitu jalan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian secara beruntun dengan memerhatikan sebab-akibat sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat.
c. Latar atau setting, yaitu tempat, situasi, dan waktu terjadinya peristiwa yang ada dalam cerita itu.
d. Sudut pandang, cara pandang seorang pengarang dalam cerita tersebut sebagai orang pertama (pelaku), orang kedua, atau orang ketiga (pengamat cerita).
e. Penokohan atau perwatakan, yakni pengenalan watak dari tiap-tiap pelaku yang akan memudahkan pembaca dalam memahami isi cerita.
f. Konflik cerita, yaitu pokok permasalahan yang terjadi dalam cerita atau karya sastra.
g. Pesan atau amanat, yakni maksud yang terkandung dalam sutau cerita. Amanat sangat erat hubungannya dengan tema.
MENGIDENTIFIKASI UNSUR SASTRA
Saat Anda mempelajari karya sastra di Pelajaran 3B dahulu, Anda telah mengenal unsur-unsur dalam (intrinsik) yang ada pada karya sastra. Hal tersebut dapat menjadi bahan untuk Anda dalam mempelajari isi cerpen. Selain itu, ada juga unsur luar yang terdapat dalam cerita pendek. Unsur tersebut dinamakan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan bagian luar dari karya cerpen yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan isi cerita. Namun, sebuah karya dapat mencerminkan kapan dan bagaimana situasi karya itu dibuat. Dalam hal ini, karya intrinsik berhubungan dengan kondisi pengarang, situasi sosial waktu karya dibuat, bagaimana keadaan penerbit, sampai bentuk buku cerpen atau naskah tersebut.
Anda dapat menganalisis unsur intrinsiknya.
1. Tokoh
Salah satu tokoh yang ada dalam novel Tarian Bumi tersebut adalah Telaga. Ia bertindak sebagai tokoh utama. Adapun tokoh tambahannya adalah Ibu Telaga dan neneknya.
2. Tema
Tema utama yang ada pada novel tersebut menyangkut pola pemikiran seorang wanita dalam menghadapi budaya di sekitarnya. Adapun budaya tersebut lebih banyak merugikan kaum wanita.
3. Alur
Jalan cerita yang ada dalam penggalan novel termasuk jalan cerita yang bergerak maju. Adapun jika Anda ingin lebih mengetahui jalan cerita secara utuh, Anda dapat membaca novel karya Oka Rusmini tersebut secara lengkap. Hal ini akan membuat Anda memiliki pemahaman lain atas isi secara utuh dari novel tersebut.
4. Latar
Kita dapat mengamati latar dengan adanya penamaan tokoh dan juga budayanya. Jadi, latar tempat yang ada dalam penggalan novel adalah kaum masyarakat Bali. Adapun latar sosial yang ada dalam penggalan novel tersebut adalah hubungan budaya masyarakat dengan kehidupan kaum wanita secara tidak langsung.
5. Penokohan/Karakter
Dalam novel tersebut, kita dapat mengamati karakter setiap tokoh. Sebagai tokoh utama, Telaga memercikkan sebuah pemberontakan atas keadaan di sekelilingnya. Ia mengalami konflik batin untuk keluar dari kungkungan adat yang ada di sekitarnya. Hal ini ditunjukkan dengan penggalan berikut;
Kehidupan apa ini? Orang-orang dalam rumah ini hanya membuat Telaga seperti buku kosong yang ditulisi dengan paksa dan terburu-buru. Telaga harus memberikan halaman-halaman kosong dalam jiwanya untuk ditulisi oleh sesuatu yang tidak diinginkan.
Lain halnya dengan tokoh Nenek Telaga yang kuat memegang adat dan menjadikan perempuan harus tunduk pada takdirnya. Ia menganggap Telaga harus mengikuti keinginan dan segala aturan yang dibuatnya.     

Contoh menganalisis unsur intrinsik novel
Siti Nurbaya
Oleh Marah Rusli
Sinopsis :
Ibunya Siti Nurbaya meninggal saat ia masih kecil, maka bisa dikatakan itulah awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Awalnya usaha Baginda Sulaiman mangalami kemajuan pesat. Tetapi Datuk Maringgih tidak menyukai keadaan itu, maka untuk melampiaskan keserakahannya, Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Akhirnya semua usaha Baginda Sulaiman hancur. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu, Baginda Sulaiman yang sudah tak sanggup lagi membayar hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain menyerahkan Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih. Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.
Suatu hari, ketika Samsulbahri dalam liburan ke Padang, ia bertemu dengan Siti Nurbaya yang telah menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Karena kaget dan takut Siti Nurbaya pun berteriak. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya di rumah, yang tengah terbaring sakit karena penderitaannya begitu berat. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi ia terjatuh dan menghembuskan nafas terakhir. Karena kejadian itu, Datuk Maringgih pun mengusir Siti Nurbaya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, ia ingin menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi hal itu diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringih. Karena itu, dengan siasat dan fitnahnya, Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantara polisi.

Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri, tetapi untung saja ia tidak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, di kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang.
Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan, tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh , namun sebelum tewas ia sempat melukai kepala Samsulbahri dengan parangnya. Samsulbahri segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahnya, dan meminta untuk di kuburkan di sebelah kuburan Siti Nurbaya.
Unsur Intrinsik :
1. Tema :
Kawin paksa (kasih tak sampai)
2. Alur :
Alur maju
Sepuluh tahun kemudian, di kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang- orangnya.
3. Setting :
Tempat : kios, Padang, Jakarta, rumah, kantor
polisi, rumah sakit
Waktu : siang, malam
4. Suasana :
Mengharukan : saat Siti Nurbaya dan
keluarganya jatuh miskin
5. Perwatakan :
      -   Datuk Maringgih, licik : ia menagih hutang kepada Baginda Sulaiman, saat Baginda bangkrut
- Siti Nurbaya, wanita lemah : ia tidak bisa berbuat apa-apa saat Datuk Maringgih ingin   menikahinya
- Samsul Bahri, tak pantang menyerah : ia tetap mempertahankan cintanya kepada Siti Nurbaya walaupun akhirnya tak berhasil
UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK DALAM NOVEL
Ialah unsur yang membangun karya sastra dari luar.
Diantaranya adalah kapan karya sastra itu dibuat, latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang sosial pengarang, latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang dan sebagainya.
TIPS PEMBACAAN NOVEL
1.Pembaca yang membacakan novel perlu menghidupkan watak-watak tokoh dalam cerita itu dengan suasana, mimik, dan gerak yang sesuai.
2.Pembaca yang menyatakan bacaan itu dengan suara-suara khas untuk membedakan watak atau karakter dari masing-masing tokoh.
3.Pembaca perlu memiliki kecepatan pandang yang tinggi serta arah pandangan yang luas dan menyerah.
4.Pembaca harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar.