Senin, 25 Juli 2011

LKS

Bacalah kutipan novel berikut , kemudian jawablah pertanyaannya!
Pada hari Rabu, sewaktu pelajaran aritmatika, aku mendengar suara burung mencicit. Kebanyakan anak lain juga mendengarnya dan demikian pula Pak Benedict.  Aku tahu karena ia mengangkat wajahnya. Aku kembali menekuni soal, tetapi sejenak kemudian aku mendengar suara itu lagi. Ciiit.
Sesudah bunyi ciiit yang kedua,  Pak Benedict bangkit dan membuka jendela. Dijulurkannya kepalanya dan memandang berkeliling. Pada saat itulah terdengar tiga suara ciiit lagi dari dalam kelas. Pak Benedict kembali ke mejanya dan berdiri dengan tangan di punggungnya. Ciiit, aku memandang Nancy. Aku yakin ia yang bersuara mencicit. Tetapi ia tak memandangku atau mengatakan apa pun.  Pak Benedict duduk dan mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja. Tidak lama kemudian kelas kami berubah menjadi seperti pasar burung. Setiap detik terdengan suara ciiit. Susah sekali menahan diri untuk tidak tertawa. Sewaktu Nancy menendang kakiku di bawah mejaku aku tahu giliranku tiba.Aku menunduk dan menghapus salah satu jawabanku. Sambil menghapus bekas hapusan, aku bilang ciiit. Pada saat Pak Benedict memandang ke arahku, suara cicit datang dari arah lain. Kupikir itu suara Philip Leroy. Kami terus menanti Pak Benedict mengatakan sesuatu, tetapi ternyata di diam saja.
Ketika kami tiba keesokan harinya, susunan meja kami sudah berubah, menjadi berbentuk huruf U. Di tiap meja dilekatkan kartu bernama masing-masing. Di salah satu sisiku duduk Freddy Barnett, yang sama sekali tak kusukai. Aku tahu ia tukang bikin ribut karena aku pernah melihatnya beraksi pada hari pertama masuk sekolah. Waktu itu ia berdiri di belakang Jay Hassler, dan pada saat Jay hendak duduk, Freddy menarik bangkunya sehingga Jay jatuh terduduk. Aku benci pada anak-anak yang melakukan itu! Aku harus berhati-hatri agar tidak terjebak Si Udang itu. Itulah panggilan kami untuknya, karena pada hari pertama kali masuk sekolah kulitnya merah sekali terbakar matahari.
Tetapi di sisi satu lagi malahan lebih parah.Aku duduk di sebelah Laura Danker! Aku bahkan tak berani memandang ke arahnya. Nancy memperingatkan aku bahwa nama jelek Laura  bisa menular. Yah, aku tidak usah khawatir karena Laura juga tidak memandang ke arahku.  Ia memandang lurus ke depan. Tentu saja, keempat anggota PRC terpisah-pisah. Tapi Nancy beruntung duduk di sebelah Philip Leroy!
Tak ada suara mencicit lagi. Pak Benedict mengingatkan kami agar bersiap-siap menghadapi ulangan IPS keesokan harinya. Siang harinya kami berolah raga. Murid-murid laki-laki bermain basket dengan Pak Benedict. Kami yang perempuan ditinggal bersama guru senam, Bu Abbott, yang menyuruh kami berbaris sesuai dengan besar tubuh kami. Aku nomor tiga dari depan. Janie nomor satu. Laura Danker paling belakang. Gretchen dan Nancy berdiri di tengah. Sesudah berbaris, Bu Abbott berbicara tentang sikap tubuh dan betapa pentingnyaberdiri tegak lurus. ”Tidak peduli petapapun jangkungnya kalian, kalian tidak boleh berdiri bungkuk, karena tinggi badan karunia Tuhan,” kata Bu Abbott seraya berdiri tegak dan menarik napas panjang. Tingginya mungkin 180 sentimeter. Janie dan aku saling pandang dan tertawa  cekikikan. Kami tidak mempunyai karunia itu.
Kemudian Bu Abbott memberitahukan bahwa karena kami sudah kelas enam dan sudah besar , akan ada satu mata pelajaran khusus untuk anak-anak perempuan. Hanya itulah yang ia katakan, tetapi aku sudah bisa menebak maksudnya.Mengapa sih kita harus menanti sampai kelas enam baru diberi tahu trentang segala hal.
Malam itu aku belajar sungguh-sungguh. Aku membaca dua baba pertama buku IPS sebanyak empat kali. Sesudahnya aku duduk di lantai dan melakukan latihanku. “Harus-harus-harus-tambah besar!” Aku melakukannya 35 kali kemudian naik ke tempat tidur.
Adakah Kau di situ, Tuhan? Ini aku, Margaret. Aku baru sja melakukan latihan supaya tumbuh besar. Sudahkah Kau memikirkan itu Tuhan? Maksudku, tentang pertumbuhan badanku. Aku sudah punya beha sekarang. Aku pingin agar memang ada yang harus ditutupi dengan beha. Tapi tentu saja, kalau menurutMu belum siap, aku juga akan maklum kok. Besok ada ulangan. Tolonglah agar aku mendapat nilai bagus, ya Tuhan. Aku inginKau merasa bangga akan diriku. Terima kasih.
Keesokan harinya Pak Benedict mebagikan kertas ulangan sendiri. Pertanyaan-pertanyaan sudah tertulis di papan tulis. Disuruhnya kami bekerja begitu memperoleh kertas. Freddy si Udang mencolek aku dan berbisik, ”Jangan pakai nama”. ”Apa maksudmu jangan pakai nama?” bisikku kembali. Freddy berbisik,”tidak akan ada yang pakai nama di kertas ulangan. Dengan begitu Pak Benedict tidsk sksn tshu kertas masing-masing anak. Mengerti?”
Aku mengerti tapi aku sebal mendengarnya. Soalnya empat kali sudah aku menghafalkan buku IPS itu. Tapi kalau yang lain tuidak mencantumkan nama, aku juga tidak mau. Hanya saja aku merasa rugi  sekali karena Pak Benedict tidak akan tahu betapa kerasnya aku belajar.
Dalam waktu lima belas menit aku sudah menjawab semua pertanyaan. Pak Benedict meminta Janie mengumpulkan kertas ulangan. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan kalau dilihatnya tak ada anak yang mencantumkan nama di kertas ulangan. Kurasa dia akan marah, tetapi tidak akan membuat apa-apa selain menyetrap kami sesudah jam pelajaran. Tidak mungkin kami semua dikeluarkan bukan?
Hari Jumat pagi, waktu memasuki kelas, kami lihat kertas ulangan kami di atas meja. Setiap kertas sudah diberi nama pemiliknya. Aku dapat 98. Wuih, senang sekali. Freddy sebaliknya. Nilainya 53! Pak Benedict tidak menyinggung sekali pun tentang kertas ulangan yang tidak diberi nama itu. Ia hanya berdiri sambil tersenyum. ”Selamat pagi anak-anak”’ katanya tanpa mendeham-deham lagi. Kupikir ia tahu bahwa ia sudah menang.
Siang harinya, Pak Benedict kembali mengingatkan tentang proyek pribadi kami. Dimintanya agar kami tidak menunda sampai detik terakhir. Akhir pekan depan, kami sudah harus tahu topik apa yang akan kami pilih dan mulai mencatatnya di notes.
...................
                        Dikutip dari novel remaja dengan judul: Are You There God? It`s Me Margaret (Tuhan Ini Aku Margaret) karya Yudy Blume, Penerbit Gramedia, Jakarta, tahun 2003, halaman 60-65.
Jawablah pertanyaan dibawah ini !
    1. Kutipan  novel di atas menceritakan tentang apa?
    2. Kemukakan kelebihan novel tersebut dengan alasan yang logis?
    3. Kemukakan kelemahan  novel tersebut dengan alasan yang logis!
    4. Apakah pendapatmu tentang isi novel tersebut?
    5. Bagaimana jika kamu  sebagai tokoh utama dalam novel tersebut? Jelaskan!

1.      Pedoman penskoran penilaian observasi
No. 1

Kegiatan
Skor
Siswa menuliskan tema dialog secara tepat
5
Siswa menuliskan tema dialog kurang tepat
3
Siswa menuliskan tema dialog salah
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

           
 No. 2

Kegiatan
Skor
Siswa mengemukakan kelebihan novel dengan alasan logis
5
Siswa mengemukakan kelebihan novel dengan alasan kurang tepat
3
Siswa mengemukakan kelebihan novel kurang tepat
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

   
No. 3

Kegiatan
Skor
Siswa mengemukakan kelemahan novel dengan alasan logis
5
Siswa mengemukakan kelemahan novel dengan alasan kurang tepat
3
Siswa mengemukakan kelemahan novel kurang tepat
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

        
No. 4 dan 5

Kegiatan
Skor
Siswa mengemukakan pendapat  dengan alasan logis
5
Siswa mengemukakan pendapat  dengan alasan kurang tepat
3
Siswa mengemukakan pendapat  kurang tepat
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

     Keterangan:
       Penghitungan nilai akhir dalam skala 0—100 adalah sebagai berikut:
     Perolehan skor                                                      
 Nilai akhir =                                  X skor (100) =  .........................
                         Skor maksimum (5)


2.             Lampiran 2: Lembar observasi dalam diskusi kelompok

No
Nama
Keaktifan
Hasil
Kerjasama
A
B
C
A
B
C
A
B
C
1
2
3
4
Dst.















 
Ket:        A         è 90—100                                         C         è 55—65
            B         è 70—85                  

MATERI

Unsur-unsur Intrinsik Novel

PENGERTIAN NOVEL
Menurut Drs, Jacob Sumardjo
Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat.
Menurut Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M. Pd.
Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan.
Menurut Drs. Rostamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd.
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
Menurut Paulus Tukam, S.Pd
Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang dalam karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri, yaitu sebagai berikut.
a. Tema, yaitu sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
b. Plot atau alur cerita, yaitu jalan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian secara beruntun dengan memerhatikan sebab-akibat sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat.
c. Latar atau setting, yaitu tempat, situasi, dan waktu terjadinya peristiwa yang ada dalam cerita itu.
d. Sudut pandang, cara pandang seorang pengarang dalam cerita tersebut sebagai orang pertama (pelaku), orang kedua, atau orang ketiga (pengamat cerita).
e. Penokohan atau perwatakan, yakni pengenalan watak dari tiap-tiap pelaku yang akan memudahkan pembaca dalam memahami isi cerita.
f. Konflik cerita, yaitu pokok permasalahan yang terjadi dalam cerita atau karya sastra.
g. Pesan atau amanat, yakni maksud yang terkandung dalam sutau cerita. Amanat sangat erat hubungannya dengan tema.
MENGIDENTIFIKASI UNSUR SASTRA
Saat Anda mempelajari karya sastra di Pelajaran 3B dahulu, Anda telah mengenal unsur-unsur dalam (intrinsik) yang ada pada karya sastra. Hal tersebut dapat menjadi bahan untuk Anda dalam mempelajari isi cerpen. Selain itu, ada juga unsur luar yang terdapat dalam cerita pendek. Unsur tersebut dinamakan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan bagian luar dari karya cerpen yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan isi cerita. Namun, sebuah karya dapat mencerminkan kapan dan bagaimana situasi karya itu dibuat. Dalam hal ini, karya intrinsik berhubungan dengan kondisi pengarang, situasi sosial waktu karya dibuat, bagaimana keadaan penerbit, sampai bentuk buku cerpen atau naskah tersebut.
Anda dapat menganalisis unsur intrinsiknya.
1. Tokoh
Salah satu tokoh yang ada dalam novel Tarian Bumi tersebut adalah Telaga. Ia bertindak sebagai tokoh utama. Adapun tokoh tambahannya adalah Ibu Telaga dan neneknya.
2. Tema
Tema utama yang ada pada novel tersebut menyangkut pola pemikiran seorang wanita dalam menghadapi budaya di sekitarnya. Adapun budaya tersebut lebih banyak merugikan kaum wanita.
3. Alur
Jalan cerita yang ada dalam penggalan novel termasuk jalan cerita yang bergerak maju. Adapun jika Anda ingin lebih mengetahui jalan cerita secara utuh, Anda dapat membaca novel karya Oka Rusmini tersebut secara lengkap. Hal ini akan membuat Anda memiliki pemahaman lain atas isi secara utuh dari novel tersebut.
4. Latar
Kita dapat mengamati latar dengan adanya penamaan tokoh dan juga budayanya. Jadi, latar tempat yang ada dalam penggalan novel adalah kaum masyarakat Bali. Adapun latar sosial yang ada dalam penggalan novel tersebut adalah hubungan budaya masyarakat dengan kehidupan kaum wanita secara tidak langsung.
5. Penokohan/Karakter
Dalam novel tersebut, kita dapat mengamati karakter setiap tokoh. Sebagai tokoh utama, Telaga memercikkan sebuah pemberontakan atas keadaan di sekelilingnya. Ia mengalami konflik batin untuk keluar dari kungkungan adat yang ada di sekitarnya. Hal ini ditunjukkan dengan penggalan berikut;
Kehidupan apa ini? Orang-orang dalam rumah ini hanya membuat Telaga seperti buku kosong yang ditulisi dengan paksa dan terburu-buru. Telaga harus memberikan halaman-halaman kosong dalam jiwanya untuk ditulisi oleh sesuatu yang tidak diinginkan.
Lain halnya dengan tokoh Nenek Telaga yang kuat memegang adat dan menjadikan perempuan harus tunduk pada takdirnya. Ia menganggap Telaga harus mengikuti keinginan dan segala aturan yang dibuatnya.     

Contoh menganalisis unsur intrinsik novel
Siti Nurbaya
Oleh Marah Rusli
Sinopsis :
Ibunya Siti Nurbaya meninggal saat ia masih kecil, maka bisa dikatakan itulah awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Awalnya usaha Baginda Sulaiman mangalami kemajuan pesat. Tetapi Datuk Maringgih tidak menyukai keadaan itu, maka untuk melampiaskan keserakahannya, Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Akhirnya semua usaha Baginda Sulaiman hancur. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu, Baginda Sulaiman yang sudah tak sanggup lagi membayar hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain menyerahkan Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih. Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.
Suatu hari, ketika Samsulbahri dalam liburan ke Padang, ia bertemu dengan Siti Nurbaya yang telah menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Karena kaget dan takut Siti Nurbaya pun berteriak. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya di rumah, yang tengah terbaring sakit karena penderitaannya begitu berat. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi ia terjatuh dan menghembuskan nafas terakhir. Karena kejadian itu, Datuk Maringgih pun mengusir Siti Nurbaya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, ia ingin menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi hal itu diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringih. Karena itu, dengan siasat dan fitnahnya, Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantara polisi.

Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri, tetapi untung saja ia tidak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, di kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang.
Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan, tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh , namun sebelum tewas ia sempat melukai kepala Samsulbahri dengan parangnya. Samsulbahri segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahnya, dan meminta untuk di kuburkan di sebelah kuburan Siti Nurbaya.
Unsur Intrinsik :
1. Tema :
Kawin paksa (kasih tak sampai)
2. Alur :
Alur maju
Sepuluh tahun kemudian, di kota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang- orangnya.
3. Setting :
Tempat : kios, Padang, Jakarta, rumah, kantor
polisi, rumah sakit
Waktu : siang, malam
4. Suasana :
Mengharukan : saat Siti Nurbaya dan
keluarganya jatuh miskin
5. Perwatakan :
      -   Datuk Maringgih, licik : ia menagih hutang kepada Baginda Sulaiman, saat Baginda bangkrut
- Siti Nurbaya, wanita lemah : ia tidak bisa berbuat apa-apa saat Datuk Maringgih ingin   menikahinya
- Samsul Bahri, tak pantang menyerah : ia tetap mempertahankan cintanya kepada Siti Nurbaya walaupun akhirnya tak berhasil
UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK DALAM NOVEL
Ialah unsur yang membangun karya sastra dari luar.
Diantaranya adalah kapan karya sastra itu dibuat, latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang sosial pengarang, latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang dan sebagainya.
TIPS PEMBACAAN NOVEL
1.Pembaca yang membacakan novel perlu menghidupkan watak-watak tokoh dalam cerita itu dengan suasana, mimik, dan gerak yang sesuai.
2.Pembaca yang menyatakan bacaan itu dengan suara-suara khas untuk membedakan watak atau karakter dari masing-masing tokoh.
3.Pembaca perlu memiliki kecepatan pandang yang tinggi serta arah pandangan yang luas dan menyerah.
4.Pembaca harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar.

RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
K.D.14.1

Sekolah
: SMP NEGERI 1 MOJOAGUNG
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas   /Semester
: VIII/2
Standar Kompetensi
: 14. Mengapresiasi kutipan  novel remaja ( asli/ terjemahan) melalui kegiatan membaca
Kompetensi Dasar
: 14.1 Mengomentari kutipan  novel remaja yang dibaca

Indikator
1).Mampu mendata masalah – masalah yang yang perlu  
    dikomentari
2). Mampu Mengomentari kutipan  novel dengan alasan 
     yang logis
Alokasi Waktu           
:   4  X  40 menit ( 2 pertemuan)


I.       Tujuan Pembelajaran
 Melalui kegiatan pembelajaran diharapkan siswa:
1).  Mampu mendata masalah – masalah yang perlu dikomentari dari membaca   kutipan   novel remaja.
2).  Mampu Mengomentari kutipan  novel dengan alasan yang logis
II.    Materi Pembelajaran
1). Masalah – Masalah yang perlu dikomentari dari sebuah novel, antara lain
      a. Identitas novel
      b. Isi novel secara garis besar
      c. Kelebihan – Kelebihan novel
      d. Kelemahan – Kelemahan novel
      e. Saran untuk pengarang
2). Mengomentari kutipan  novel dengan alasan yang logis
III. Metode Pembelajaran
Diskusi
Tanya jawab
Numbered Heads Together
IV. Langkah – Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama

Langkah – langkah Pembelajaran
Alokasi Waktu
Metode

A.Kegiatan Awal:
1.    Guru membuka pelajaran dengan apersepsi (melalui tanya jawab ke siswa  mengemukakan contoh novel yang pernah dibaca)
2.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 

10 menit

Tanya Jawab
B.Kegiatan Inti:
1.    Siswa berkelompok sesuai bimbingan guru menurut judul novel yang dipilihnya.
2.    Siswa membaca kutipan buku novel yang  
     telah  dipilihnya dalam kelompok.
    3.  Siswa dalam kelompok menemukan masalah-masalah   yang perlu dikomentari dari kutipan novel yang dibaca.
    4. Siswa  bertanya jawab tentang masalah-masalah 
        yang ada dalam kutipan novel yang dibaca.   
       (meliputi tokoh, alur cerita, tema, konflik, setting,   dll) .


60 menit

Diskusi


C.Kegiatan Penutup
1.      Siswa dan guru melakukan refleksi dengan menyampaikan ketertarikannya dalam belajar  mengapresiasi novel.
2.      Siswa menyimpulkan pelajaran

10 menit
Tanya jawab


Pertemuan Kedua

Langkah – langkah Pembelajaran
Alokasi Waktu
Metode

A.Kegiatan Awal:
1.  Membuka pelajaran dengan melakukan tanya jawab tentang  seputar novel yang sudah dibaca (hal-hal yang menarik, masalah yang muncul, dll)
2.  Guru menyampaikan tujuan pelajaran.

10 menit

Tanya Jawab
B.Kegiatan Inti:
1.  Siswa berkelompok sesuai kelompok pada kegiatan sebelumnya
2. Siswa dalam kelompok menunjukkan keunggulan,  kekurangan, pendapat, kritik, ataupun saran dengan alasan yang logis dari novel yang dibaca
3. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
4. Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya  di depan kelas untuk ditanggapi kelompok lain yang sama judul novelnya.
5.Guru menunjuk kelompok lain melaporkan hasil kerjasama mereka.
6. Siswa menyempurnakan  hasil pekerjaannya berdasarkan masukan dari kelompok dan guru.


60 menit

-Diskusi


-Penugasan
-Numbered   Heads Together


-Presentasi

C.Kegiatan Penutup
1. Siswa dan guru melakukan refleksi dengan 
    menyampaikan kesulitan siswa dalam 
    mengementari novel yang dibaca.
2. siswa menyimpulkan pelajaran.

10 menit

Tanya jawab


V.    SUMBER BELAJAR
 Novel berjudul  Are You There God?  It’s Me Maegaret ( Tuhan Ini Aku Margaret) karya Yudi Blume, penerbit Gramedia, Jakarta. Tahun 2003
LKS BIND. KELAS VIII MGMP KAB. MALANG Hal. 11--13
      Buku Bahasa Indonesia Kelas VIII  karangan   Dawud dan Yuni  Penerbit  Erlangga
VI. PENILAIAN
1.      a. Teknik                              : . Observasi
2.      Bentuk Instrumen                :  lembar observasi
3.      Kisi – Kisi soal penilaian


Standart Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Instrumen

14
14.1 Mengomentari kutipan  novel remaja yang dibaca
 Disajikan kutipan novel siswa dapat mengementari masalah-masalah dalam novel dengan  alas an yang logis.



Bacalah kutipan novel berikut , kemudian jawablah pertanyaannya!
Pada hari Rabu, sewaktu pelajaran aritmatika, aku mendengar suara burung mencicit. Kebanyakan anak lain juga mendengarnya dan demikian pula Pak Benedict.  Aku tahu karena ia mengangkat wajahnya. Aku kembali menekuni soal, tetapi sejenak kemudian aku mendengar suara itu lagi. Ciiit.
Sesudah bunyi ciiit yang kedua,  Pak Benedict bangkit dan membuka jendela. Dijulurkannya kepalanya dan memandang berkeliling. Pada saat itulah terdengar tiga suara ciiit lagi dari dalam kelas. Pak Benedict kembali ke mejanya dan berdiri dengan tangan di punggungnya. Ciiit, aku memandang Nancy. Aku yakin ia yang bersuara mencicit. Tetapi ia tak memandangku atau mengatakan apa pun.  Pak Benedict duduk dan mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja. Tidak lama kemudian kelas kami berubah menjadi seperti pasar burung. Setiap detik terdengan suara ciiit. Susah sekali menahan diri untuk tidak tertawa. Sewaktu Nancy menendang kakiku di bawah mejaku aku tahu giliranku tiba.Aku menunduk dan menghapus salah satu jawabanku. Sambil menghapus bekas hapusan, aku bilang ciiit. Pada saat Pak Benedict memandang ke arahku, suara cicit datang dari arah lain. Kupikir itu suara Philip Leroy. Kami terus menanti Pak Benedict mengatakan sesuatu, tetapi ternyata di diam saja.
Ketika kami tiba keesokan harinya, susunan meja kami sudah berubah, menjadi berbentuk huruf U. Di tiap meja dilekatkan kartu bernama masing-masing. Di salah satu sisiku duduk Freddy Barnett, yang sama sekali tak kusukai. Aku tahu ia tukang bikin ribut karena aku pernah melihatnya beraksi pada hari pertama masuk sekolah. Waktu itu ia berdiri di belakang Jay Hassler, dan pada saat Jay hendak duduk, Freddy menarik bangkunya sehingga Jay jatuh terduduk. Aku benci pada anak-anak yang melakukan itu! Aku harus berhati-hatri agar tidak terjebak Si Udang itu. Itulah panggilan kami untuknya, karena pada hari pertama kali masuk sekolah kulitnya merah sekali terbakar matahari.
Tetapi di sisi satu lagi malahan lebih parah.Aku duduk di sebelah Laura Danker! Aku bahkan tak berani memandang ke arahnya. Nancy memperingatkan aku bahwa nama jelek Laura  bisa menular. Yah, aku tidak usah khawatir karena Laura juga tidak memandang ke arahku.  Ia memandang lurus ke depan. Tentu saja, keempat anggota PRC terpisah-pisah. Tapi Nancy beruntung duduk di sebelah Philip Leroy!
Tak ada suara mencicit lagi. Pak Benedict mengingatkan kami agar bersiap-siap menghadapi ulangan IPS keesokan harinya. Siang harinya kami berolah raga. Murid-murid laki-laki bermain basket dengan Pak Benedict. Kami yang perempuan ditinggal bersama guru senam, Bu Abbott, yang menyuruh kami berbaris sesuai dengan besar tubuh kami. Aku nomor tiga dari depan. Janie nomor satu. Laura Danker paling belakang. Gretchen dan Nancy berdiri di tengah. Sesudah berbaris, Bu Abbott berbicara tentang sikap tubuh dan betapa pentingnyaberdiri tegak lurus. ”Tidak peduli petapapun jangkungnya kalian, kalian tidak boleh berdiri bungkuk, karena tinggi badan karunia Tuhan,” kata Bu Abbott seraya berdiri tegak dan menarik napas panjang. Tingginya mungkin 180 sentimeter. Janie dan aku saling pandang dan tertawa  cekikikan. Kami tidak mempunyai karunia itu.
Kemudian Bu Abbott memberitahukan bahwa karena kami sudah kelas enam dan sudah besar , akan ada satu mata pelajaran khusus untuk anak-anak perempuan. Hanya itulah yang ia katakan, tetapi aku sudah bisa menebak maksudnya.Mengapa sih kita harus menanti sampai kelas enam baru diberi tahu trentang segala hal.
Malam itu aku belajar sungguh-sungguh. Aku membaca dua baba pertama buku IPS sebanyak empat kali. Sesudahnya aku duduk di lantai dan melakukan latihanku. “Harus-harus-harus-tambah besar!” Aku melakukannya 35 kali kemudian naik ke tempat tidur.
Adakah Kau di situ, Tuhan? Ini aku, Margaret. Aku baru sja melakukan latihan supaya tumbuh besar. Sudahkah Kau memikirkan itu Tuhan? Maksudku, tentang pertumbuhan badanku. Aku sudah punya beha sekarang. Aku pingin agar memang ada yang harus ditutupi dengan beha. Tapi tentu saja, kalau menurutMu belum siap, aku juga akan maklum kok. Besok ada ulangan. Tolonglah agar aku mendapat nilai bagus, ya Tuhan. Aku inginKau merasa bangga akan diriku. Terima kasih.
Keesokan harinya Pak Benedict mebagikan kertas ulangan sendiri. Pertanyaan-pertanyaan sudah tertulis di papan tulis. Disuruhnya kami bekerja begitu memperoleh kertas. Freddy si Udang mencolek aku dan berbisik, ”Jangan pakai nama”. ”Apa maksudmu jangan pakai nama?” bisikku kembali. Freddy berbisik,”tidak akan ada yang pakai nama di kertas ulangan. Dengan begitu Pak Benedict tidsk sksn tshu kertas masing-masing anak. Mengerti?”
Aku mengerti tapi aku sebal mendengarnya. Soalnya empat kali sudah aku menghafalkan buku IPS itu. Tapi kalau yang lain tuidak mencantumkan nama, aku juga tidak mau. Hanya saja aku merasa rugi  sekali karena Pak Benedict tidak akan tahu betapa kerasnya aku belajar.
Dalam waktu lima belas menit aku sudah menjawab semua pertanyaan. Pak Benedict meminta Janie mengumpulkan kertas ulangan. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan kalau dilihatnya tak ada anak yang mencantumkan nama di kertas ulangan. Kurasa dia akan marah, tetapi tidak akan membuat apa-apa selain menyetrap kami sesudah jam pelajaran. Tidak mungkin kami semua dikeluarkan bukan?
Hari Jumat pagi, waktu memasuki kelas, kami lihat kertas ulangan kami di atas meja. Setiap kertas sudah diberi nama pemiliknya. Aku dapat 98. Wuih, senang sekali. Freddy sebaliknya. Nilainya 53! Pak Benedict tidak menyinggung sekali pun tentang kertas ulangan yang tidak diberi nama itu. Ia hanya berdiri sambil tersenyum. ”Selamat pagi anak-anak”’ katanya tanpa mendeham-deham lagi. Kupikir ia tahu bahwa ia sudah menang.
Siang harinya, Pak Benedict kembali mengingatkan tentang proyek pribadi kami. Dimintanya agar kami tidak menunda sampai detik terakhir. Akhir pekan depan, kami sudah harus tahu topik apa yang akan kami pilih dan mulai mencatatnya di notes.
...................
                        Dikutip dari novel remaja dengan judul: Are You There God? It`s Me Margaret (Tuhan Ini Aku Margaret) karya Yudy Blume, Penerbit Gramedia, Jakarta, tahun 2003, halaman 60-65.
Jawablah pertanyaan dibawah ini !
    1. Kutipan  novel di atas menceritakan tentang apa?
    2. Kemukakan kelebihan novel tersebut dengan alasan yang logis?
    3. Kemukakan kelemahan  novel tersebut dengan alasan yang logis!
    4. Apakah pendapatmu tentang isi novel tersebut?
    5. Bagaimana jika kamu  sebagai tokoh utama dalam novel tersebut? Jelaskan!

4.      Pedoman penskoran penilaian observasi
No. 1

Kegiatan
Skor
Siswa menuliskan tema dialog secara tepat
5
Siswa menuliskan tema dialog kurang tepat
3
Siswa menuliskan tema dialog salah
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

           
 No. 2

Kegiatan
Skor
Siswa mengemukakan kelebihan novel dengan alasan logis
5
Siswa mengemukakan kelebihan novel dengan alasan kurang tepat
3
Siswa mengemukakan kelebihan novel kurang tepat
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

   
No. 3

Kegiatan
Skor
Siswa mengemukakan kelemahan novel dengan alasan logis
5
Siswa mengemukakan kelemahan novel dengan alasan kurang tepat
3
Siswa mengemukakan kelemahan novel kurang tepat
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

        
No. 4 dan 5

Kegiatan
Skor
Siswa mengemukakan pendapat  dengan alasan logis
5
Siswa mengemukakan pendapat  dengan alasan kurang tepat
3
Siswa mengemukakan pendapat  kurang tepat
1
Siswa tidak menjawab apa-apa
0

     Keterangan:
       Penghitungan nilai akhir dalam skala 0—100 adalah sebagai berikut:
     Perolehan skor                                                      
 Nilai akhir =                                  X skor (100) =  .........................
                         Skor maksimum (5)


5.             Lampiran 2: Lembar observasi dalam diskusi kelompok

No
Nama
Keaktifan
Hasil
Kerjasama
A
B
C
A
B
C
A
B
C
1
2
3
4
Dst.















 
Ket:        A         è 90—100                                         C         è 55—65
            B         è 70—85                  

                                   
             Mengetahui,
Kepala SMPN 1 Mojoagung
                                   


Drs. Sukri , M.Si
NIP 19580206 199403 1 002

Jombang,       Mei 2011
Guru Mapel Bhs Indonesia.



Akrumanik, S.Pd
NIP 19680825 200701 2 018